Situasi ini diperumit dengan kondisi kebijakan di Indonesia yang kadang berubah mengikuti tren atau isu yang sedang ramai. Hal ini bisa menimbulkan kekhawatiran di negara-negara maju yang membutuhkan tenaga pelaut dari Indonesia.

Padahal, perusahaan pelayaran internasional umumnya sudah menerapkan standar tinggi yang sesuai regulasi IMO, STCW, ILO, dan lainnya, untuk melindungi hak serta profesionalisme pelaut.

Seringkali sebuah isu kecil saja bisa berkembang dan terekspos secara berlebihan di media Indonesia, meski tanpa bukti yang kuat. Risiko reputasi bagi perusahaan dan stakeholder bisa muncul.

Ketika hal tersebut sampai pada perusahaan pemberi kerja dan regulator di negara maju, dampaknya bisa berupa aturan yang lebih ketat untuk pelaut Indonesia.

Sayangnya, konsekuensi ini berpotensi mengurangi kesempatan generasi pelaut berikutnya untuk ikut berkarier di kapal kapal modern negara maju.

Padahal, saat ada isu yang dihadapi pelaut Indonesia, kita semua tahu permasalahannya bukan pada kemampuan pelaut itu sendiri, melainkan pada kurangnya pendampingan saat dibutuhkan—seseorang yang benar-benar bisa membimbing dan mendengarkan kebutuhan mereka secara realtime.